Wednesday, April 27, 2011

Rumah Adat dan Ritus Pesta Kacang di Jontona - Ile Ape

Jontona terletak di Kecamatan Ile Ape. Dari Jontana tepatnya di Dusun Lewohala yang terletak di ketinggian Gunung Ile Ape terdapat kampung tua dengan kompleks rumah adat dimana masing-masing mempunyai kelengkapan untuk upacara adat seperti keramik, gading, dll. Disini setiap tahunnya pada bulan September selalu diadakan upacara adat Sora Utan dan Pesta Makan Kacang yang unik yang terpusat pada rumah-rumah adat. Selama upacara pesta kacang, pengunjung dapat menikmati atraksi-atraksi budaya serta dapat menikmati tarian-tarian tradisional beserta perlengkapan-perlengkapan yang digunakan dalam tarian-tarian tersebut. Disamping itu pengunjung juga dapat menyaksikan hasil tenun ikat tradisional Ile Ape serta melakukan hiking dari Desa Jontana menuju Kampung Lewolaha untuk menikmati panorama laut dari Gunung Vulkanis Ile Ape. 
Pesta kacang ini sangat penting maknanya secara kultural maupun religius. Lazim digelar tiap bulan Agustus, seperti sekarang, pesta kacang merupakan momentum untuk menengok kampung lama [lewo nolungen, lewo ulun]. Berada di kampung lama ibarat kembali ke akar kami sebagai lewo alawen, orang Lamaholot. Di sinilah aneka ritual adat Lamaholot [versi Mawa/Nobolekan] digelar secara relatif sempurna.

Kenapa disebut kampung lama? Ceritanya, hingga awal 1970-an penduduk Ile Ape yang berada di kawasan pesisir utara tinggal di kaki Ile Ape alias Gunung Api. Ata kiwan. Sekitar 5-7 kilometer dari pantai. Rumah di kampung lama sangat sederhana. Namanya ORING atau pondok. Tak pakai dinding. Setiap suku atau fam punya gugus rumah sendiri-sendiri. Rumah ini sangat sentral dalam momentum pesta kacang.

Pengaruh modernisasi, perjumpaan dengan dunia luar, kedatangan misionaris Katolik, era Orde Baru... membuat nenek moyang kami perlahan-lahan eksodus ke bawah [pantai]. Pondok-pondok, berikut berbagai perlengkapan adat, termasuk logam-logam peninggalan zaman dulu, ditinggalkan. Kampung lama pun menjadi arena kosong. Hanya ada beberapa orang yang mampir kalau kebetulan lewat.

Kampung lama, bagi anak-anak era 1980-an macam saya, ibarat sesuatu yang angker. Wingit, kata orang Jawa. Punya nilai mistis sangat tinggi. TULA GUDUNG atau upacara-upacara adat sangat khas. Juga ada banyak larangan, misalnya, tidak boleh mengambil sedikit pun salah satu bagian dari atap pondok dari daun kelapa atau alang-alang. Tidak boleh ini, tidak boleh itu.

Suku Hurek Making seperti saya ada tambahan pemali: Tidak boleh makan daging anjing! Kenapa? Ada legendanya sendiri. Kalau makan daging anjing, kata nenek moyang, bisa terkena penyakit kulit yang sulit disembuhkan. Harus bikin upacara di rumah adat di kampung lama dan melakukan macam-macam ritual. Tapi, anehnya, banyak famili kami, fam Hurek, di luar Nusa Tenggara Timur yang makan daging anjing.

"Itu kan makanan, ciptaan Tuhan. Saya ikut Alkitab saja deh," kata Cornelis Hurek, paman saya di Malang. Pak Cornelis ini malah beternak anjing. Banyak sekali! Orang-orang Lembata di Malang dan sekitarnya sering mampir di rumahnya, Kota Lama Gang Buntu 66 Malang, hanya untuk... makan RW. Tahu kan RW? Hehehehe....

Sebelum 1990, pesta kacang berlangsung biasa-biasa saja. Hanya ritual tahunan khusus untuk penduduk di kampung kami, khususnya Mawa dan Nobolekan. Pada era pembentukan 'desa gaya baru' di pesisir pantai, Mawa menjadi Desa Napasabok, sedangkan Nobolekan bergabung dengan Desa Bungamuda. Tapi dulu di kampung lama orang Mawa [Napasabok] dan Nobolekan ini satu kampung alias satu darah. Maka, logat Mawa dan Nobolekan sama saja. Beda dengan logat Atawatung atau Lamawara atau Lewotolok, desa tetangga.

Pesta kacang biasanya berlangsung lebih dari satu minggu. Diawali dengan membersihkan dan memperbaiki rumah adat suku masing-masing. RIE WANAN [tiang kanan] diperciki darah ayam oleh kepala suku. Halaman dan semua bagian penting di kampung lama dibersihkan. Para perempuan mengambil air dari sumur yang ada di bawah [pantai].

Ibu-ibu sibuk memasak. Para bapak yang pintar memancing atau menjala ikan ke pantai. Semua keluarga urunan lauk-pauk, gotong-royong luar biasa. Saya biasanya bantu menganyam ketupat. Ini makanan pokok pesta kacang. Simpanan kacang panjang [merah] di LEPO, wadah anyaman dari daun lontar, dikeluarkan. Kacang ini nantinya dicampur dengan jagung, dibuatlah ketupat. Komposisi kacangnya cukup besar.

Dari sinilah muncul istilah PESTA KACANG. Yah, kacang panjang dan kacang hijau memang makanan penting di Ile Ape. Ibu-ibu tidak pernah memasak nasi jagung 100% atau beras 100%, tapi mencampurnya dengan kacang sebagai NALINGEN. Tentu kacang direbus dulu sampai matang, baru ditanak dengan jagung menjadi nasi jagung.

Jadi, nenek moyang di Ile Ape sebenarnya secara tidak sadar mengkombinasikan karbohidrat dan protein nabati [kacang-kacangan] dalam makanannya. Ditambah sayur merungge alias kelor, plus ikan laut, wah menu itu cukup komplet menurut ilmu gizi. Sampai sekarang banyak orang Ile Ape 'tidak bisa' makan nasi kalau nasinya murni macam di Jawa. Harus ada NALINGEN alias biji-biji kacang panjang.

Pesta kacang yang semula biasa-biasa saja, alamiah, tradisional, lama-kelamaan diketahui orang luar. Termasuk turis Eropa. Orang-orang Ile Ape yang kebetulan menjadi pejabat, mahasiswa, dosen, perantau... menceritakan hal ini kepada orang luar. Lantas, muncul ide untuk menjadikan pesta kacang sebagai event pariwisata budaya.

Monday, April 25, 2011

Jambore Pariwisata Sumba Timur 2011


Setelah Sukses Menjadi Juara I pada Jambore Pariwisata Tahun 2010 di Rote Ndao Kini Kabupaten Lembata Bersiap untuk Menjadi yang terbaik lagi pada Jambore Pariwisata NTT di Sumba Timur Pada Bulan Oktober Mendatang.

Pada acara penutupan Jambore Pariwisata dan seni Budaya, Pokdarwis, RAKOR Sinkronisai Program Kebudayaan & Pariwisata NTT, di hadiri Bupati Rote Ndao, Sekretaris Daerah kabupaten Rote Ndao,Drs. Agustinus Orageru, Wakil Bupati Alor, Pimpinan DPRD Kabupaten Rote Ndao, Pimpinan SKPD Lingkup Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, para Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab/Kota se – NTT dan unsur Muspida Kabupaten Rote Ndao.

Acara diawali dengan pembacaan laporan panitia yang menyampaikan bahwa Jambore Pariwisata dan Seni Budaya, Pokdarwis, RAKOR Sinkronisasi Program Kebudayaan & Pariwisata NTT tahun depan akan berlangsung di Kabupaten Sumba Timur.

Pengumuman hasil  Jambore yang menempati Juara I terbaik dari Kabupaten Lembata ,juara II terbaik kabuapten Rote Ndao, Juara III terbaik kabupaten Timur Tengah Utara,juara IV Kabupaten Sumba Barat, Juara V kabupaten Alor dan Juara Favorit dari Kabupaten Manggarai.

Juara cerdas cermat sadar pariwisata yang menempati juara I dari Pokdarwis ITA ESA asal Kabupaten Rote Ndao, juara II dari Pokdarwis KASIH asal Kota Kupang, juara III dari Pokdarwis INE MBELE asal Kabupaten Manggarai

Dan  dalam sambutan ini Bupati Rote Ndao, Drs. Leonard haning, MM,  mengatakan bahwa Jambore merupakan wadah untuk pelestarian / peningkatan seni budaya itu sendiri dalam peningkatan pembangunan Kepariwisataan di Nusa Tenggara Timur.

Kegiatan ini terlaksana atas kerja sama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao,Pemerintah Kab/Kota se-Nusa Tenggara Timur dan sangar Budayawan.selama 2 hari kegiatan ini berlangsung telah menampilkan nilai-nilai luhur kebudayaan dan ini perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi penerus.

Sebelum mengakhiri sambutan ini, Bupati Rote Ndao secara resmi menutup Jambore Pariwisata dan seni Budaya, Pokdarwis, RAKOR Sinkronisasi Program Kebudayaan & Pariwisata Nusa Tenggara Timur dengan di tandai pemukulan tambur, dan acara di lanjutkan dengan penyerahan hadiah kepada para juara. Edo

PNPM Mandiri Pariwisata Kabupaten Lembata Tahun 2011


Desa Belabaja, Kecamatan Nagawutun, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur mendapat bantuan dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata Tahun Anggaran 2011 dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) Republik Indonesia.

Kepala Desa Belabaja Alfons Prawin Pukan mengemukakan hal itu dalam keterangannya kepada media ini melalui telepon selular (handphone) dari kantor Desa Belabaja, Dusun Kluang, Lembata, Rabu, 1/3 2011 siang.

“Beberapa waktu lalu Pak Kepala Dinas Pariwisata Lembata bersama staf tiba di Kluang, guna bersama-sama masyarakat mempersiapkan pembentukan kelompok  masyarakat dalam menyambut program bantuan tersebut. Ini menjadi kebanggaan bagi kami masyarakat di kampung karena pemerintah care dengan kami,” ujar Alfons Prawin.

Sebelumnya, menurut Prawin, pihaknya mendapat informasi desa Belabaja dan Lamalera A di Lembata merupakan dua dari 27 desa di Propinsi NTT masuk dalam rencana wilayah sasaran PNPM Mandiri Pariwisata Tahun Anggaran 2011 dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

Informasi itu dikemukakan anggota Komisi X DPR RI asal NTT Dr Jefirston Riwu Kore, MM usai mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) komisinya dengan jajaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang dipimpin Menteri Jero Wacik di Ruang Rapat Komisi X, Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin 13/12 2010) malam.

Menurut Jefri, informasi yang diterima menyebutkan bahwa Tahun Anggaran 2011, sebanyak 27 desa di NTT mendapat alokasi anggaran PNPM Mandiri Desa Wisata.

“Ini merupakan berita baik dalam rangka ikut memajukan dan mengembangkan pariwisata Nusa Tenggara Timur,” ujar Jefri Kore kepada wartawan usai menghadiri Rapat Paripurna DPR di Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Selasa (14/12 2010).

Menurut legislator yang juga membidang masalah pariwisata, 27 desa tersebut tersebar di 11 kabupaten/kota. Desa-desa di 27 kabupaten yaitu Desa Koposili, Pemo, dan Nduaria di Kecamatan Kelimutu dan Desa Wologai Tengah di Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende.

Kemudian Desa Wae Sano, Cunca Lolos, dan Liang Dara di Kecamatan Sononggoang dan Desa Labuan Bajo, Komodo, Pasir Panjang, Desa Batu Cermin di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Kemudian Desa Satarlenda, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai dan Desa Nangalabang, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur.

Di Lembata adalah Desa Belabaja, Kecamatan Nagawutun dan Desa Lamalera A di Kecamatan Wulandoni. Sementara itu di Kabupaten Flores Timur adalah Desa Sinar Hadung dan Desa Bantala, Kecamatan Tanjung Bunga.

Sementara Kota Kupang kebagian satu desa yaitu Desa Lasiana, Kecamatan Kelapa Lima. Di Kabupaten Rote Ndao masing-masing Desa Nembrala dan Boa di Kecamatan Rote Barat. Sementara itu Kecamatan Kakolo Mesak, Kabupaten Belu adalah Desa Fatuketi, Kenebibi, dan Dua Laos.

Kemudian Desa Rindi di Kecamatan Rindi Umalulu dan Desa Londa Lima di Kecamatan Panda Wai, Kabupaten Sumba Timur. Juga Desa Fatumnasi dan Boto di Kecamatan Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengemukakan, PNPM Mandiri Bidang Pariwisata Tahun Anggaran 2011 didukung anggaran sebesar Rp. 61,7 miliar untuk mengembangkan 569 desa wisata di 33 propinsi.

“Jumlah ini mengalami peningkatan anggaran sebesar 315,19 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp. 19.575.000.000 untuk 200 desa wisata di 29 propinsi di Indonesia,” kata Jero Wacik.

Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun Anggaran 2011 mengalokasikan anggaran penataan dan pembangunan pariwisata melalui Program Peningkatan Penyiapan Infrastruktur untuk Penambahan Destinasi Wisata dengan dukungan anggaran sebesar Rp. 4 miliar untuk 12 destinasi wisata di kabupaten/kota seluruh Indonesia. (Joze Sanga, kepala dusun B Desa Belabaja)

Sail Indonesia 2011

Satulagi event kelas internasional siap digelar di Kupang. Sail Indonesi 2011 siap digelar dengan hadirnya 120 yacht (kapallayar) dari 20 negara. Kapal-kapal ini akan melintasi 11 kabupaten di NTT, termasuk Kota Kupang sebagai pintu gerbang. Pimpinan Yayasan Cinta Bahari Indonesia selaku penyelenggaraan Sail Indonesia, Raymond Lesmana kepada wartawan di Kupang, Senin (18/4), menjelaskan Sail Indonesia ke-9 tahun ini akan melewati 13 provinsi di Indonesia, salah satunya NTT sebagai destinasi pertama setelah start dari Darwin, Australia.

Raymond mengatakan, dijadwalkan ke-120 kapal tersebut sudah masuk di Kupang pada tanggal 27 juli 2011.Sebanyak 11 kabupaten yang kan disinggahi kapal-kapal layar tersebut, yakni Kota Kupang, Alor, Lembata, Ende, Ngada, manggarai Barat, Rote Ndao, SabuRaijua, Sumba Timurdan Sumba Tengah (jadwal lihat grafis).

Dikatakan, Sail Indonesia hingga saat ini menjadi sail terbesar di Indonesia. Sail ini sudah Sembilan kali digelar dan delapan kali menyinggahi NTT. Menurut Raymond, NTT sebagai pilihan karena diyakini bahwa destinasi wisata di NTT justru sangat potensial. “Potensi wisata NTT lebih baik dari Bali.Hanya bagaimana me-managenya saja,” kata Raymond.

Dikatakan, Sail Indonesia 2011 ini akan lebih mearih kalau setiap kabupaten/kota yang menjadi destinasi merespon dengan baik. Tidak sekadar menyambut, tapi harus kreatif untuk meniptakan even-even yang menarik perhatian peserta sail. “Jadi kami minta kepada kabupaten/kota agar kalau mau buat even saat sail ini maka informasikan kepada kami terlebih dahulu,” kata Raymond.

Sementara itu, Kepala Bidnag Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTT, Obaldus Gogi, mengatakan dalam rangka Sail Indonesia 2011 ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTT menggelar even East Nusa Tenggara Epo (Entex) yang akan berlangsungpada 26 sampai 30 Juli di Kota Kupang. “Kita sudah siapkan evenya, sehingga akan semakin menyemarakkan kegiatan ini,” kata Obaldus.

Terkait ini, Obaldus menjelaskan, pihaknya masih sementara berkoordinasi dengan dinas teknis terkait turut menyukseskan Sail Indonesia 2011. Sebab, menurutnya, Sail Indonesia ini menjadi salah satu ajang promosi wisata NTT.Apalagi, saat ini Indonesia dan NTT khususnya sedang gencar-gencarnya mempromosikan komodo sebagai salah satu keajaibandunia.

Untuk menyukseskan kegiatan akbar ini, digelar pertemuan antara pihak Yayasan Cinta Bahari Indonesia, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTT dan kabupaten/kota yang menjadi destinasi peserta Sail Indonesai 2011 ini. Dalam rapat tersebut dibahas persiapan-persiapan setiap daerah menyambut kedatangan para peserta.
Sumber : Timor Express, Rabu 20 April 2011