Monday, June 7, 2010

Festival Baleo 2010


Festival Baleo, telah dilaksanakan dengan sukse pada bulan oktober 2010 di  Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, merupakan upaya masyarakat setempat untuk mempertahankan budaya berburu paus sebagai bagian dari kehidupan, adat, dan mata pencaharian mereka.

Festival yang melibatkan tujuh kecamatan di Lembata itu diisi dengan ritual Batu Paus, atraksi penangkapan paus, pentas seni dan budaya, pemutaran film dokumenter dan ditutup dengan pawai obor.

"Laut ada di depan kami dan sejak dulu nenek moyang kami punya budaya penangkapan paus," kata Ketua Adat Suku Lamalera, Abel Beding, Jumat (28/10).

Warga lamalera, kata Abel, hidup dengan paus. Hasil tangkapan paus biasanya dibarter dengan hasil pertanian warga di desa tetangga. "Paus kami tukar dengan jagung, beras dan hasil pertanian lainnya utk kebutuhan sehari-hari," katanya.

Selain itu, kulit atau daging paus juga dijual warga untuk membiayai sekolah anak mereka. "Kami jual daging paus untuk menyekolahkan anak-anak. Setelah berhasil, anak akan buat rumah untuk kami," katanya.

Namun, budaya itu kini terancam hilang karena tahun lalu pemerintah Indonesia, atas usul Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur, menetapkan Laut Sawu sebagai Kawasan Konservasi Perairan Nasional. Tujuannya untuk melindungi beberapa biota dari kepunahan, seperti paus, dan penyu. Kajian dan sosialisasi rencana penetapan kawasan tersebut sebagai Taman Nasional Laut Sawu telah dilakukan sejak enam tahun lalu.

Namun, penetapan itu, kata Abel, akan menyengsarakan warga Lamalera. "Warga Lamalera sudah sampaikan secara tegas kepada pemerintah untuk menolak konservasi di Laut Sawu," kata Abel. "Kami hidup dari mana kalau laut di depan kami sudah dijual ke pemerintah," katanya